assalamu 'alaikum
ahlan wasahlan

Jumat, 11 Desember 2009

SIFAT AMARAH

Ada pepatah yang mengatakan “ jauhilah amarah, karena ia bisa merusak iman, sebagaimana racun yang bisa merusak madu. Amarah adalah musuh akal.

Hakikat amarah adalah darah di dalam hati yang mendidih karena mencari pelampiasan. Selagi seseorang marah, maka api amarahnya berkobar dan membuat darah dihatinya mendidih, lalu menyebar ke seluruh nadi dan naik ke seluruh badan, sebagaimana air naik ketika mendidih. Karena itu wajah, mata, dan raut mukanya terlihat memerah. Semua itu mencerminkan merah darah yang tersembunyi dibaliknya, seperti kaca bening yang memperlihatkan apa yang ada di baliknya. Darahnya mulai turun jika amarahnya tertumpah kepada orang lain dan dia pun merasa tenang kembali.

Jika amarah itu datang dari orang yang kedudukannya lebih tinggi dan dia tidak mampu untuk membalasnya, maka hal ini akan menimbulkan pemusatan darah dibalik kulit ke dalam hati, lalu melahirkan rasa sedih. Karena itu wajahnya pun menjadi pucat. Jika amarah itu datang dari rivalnya yang seimbang dan dia ragu-ragu menghadapinya , maka keadaan darah berubah-ubah, terkadang memancar ke seluruh tubuh dan kadang memusat di hati, sehingga sesekali wajahnya memerah dan sesekali wajahnya memucat. Sementara membalas merupakan santapan untuk menguatkan amarah.

Tentang kekuatan amarah ini, manusia bisa dibedakan menurut tiga tingkatan : Low profile, hight profile, dan sedang-sedang. Hight profile merupakan sifat yang tidak terpuji, karena bisa membuat akal dan agama tidak tertata, sehingga dalam keadaan ini manusia tidak bisa memandang secara jernih, tidak bisa berpikir dan mempertimbangkan. Terlalu low profile juga tercela, karena tidak mempunyai kehormatan dan rasa cemburu, karena ketiadaan amarah sama sekali. Dengan begitu jiwanya tidak bisa terlatih. Latihan ini bisa berwujud jika di sana ada rasa amarah terhadap nafsu, lalu dia pun marah kepada diri sendiri yang condong kepada nafsu. Tidak memiliki amarah adalah sifat yang tercela, jadi yang baik adalah pertengahan keduanya.

Selagi api amarah semakin kuat dan berkobar, maka ia akan membuat orangnya menjadi buta dan tuli untuk mendengarkan nasihat. Sebab amarahnya itu sudah naik ke otak dan menutupi inti pikirannya, yang boleh jadi juga akan menutupi inti indera, hingga mata menjadi gelap, tidak bisa melihat apa-apa, dunia tersa kelam dalam penglihatannya. Otaknya pun seperti lorong gua yang sempit, yang di dalamnya dinyalakan api yang berkobar-kobar, hingga udaranya pun menjadi hitam, panas, dan penuh dengan asap. Kalaupun di dalamnya ada hanya ada pelitayang kelap-kelip tentu ia akan cepat padam. Siapa yang ada di dalamnya tentu tidak kuat bertahan lama, tidak bisa mendengarkan kata-kata secara jelas, tidak bisa melihat gambaran sesuatu secara jelas, tidak mampu memadamkan api. Begitu pula yang terjadi dalam hati dan otak. Jika amarah benar-benar sudah menggelegak, orang lain pun bisa dibunuhnya.

Tanda-tand aamarah yang bisa dilihat adalah adanya perubahan rona, anggota badan gemetaran, tingkah laku tidak terkontrol, muncul tindakan-tindakan yang aneh-aneh dan ada kemiripan dengan pola tingkah orang yang gila. Andaikan orang yang sedang marah melihat keadaan dirinya saat marah dicermin, tentu dia akan mengolok-olok dirinya sendiri.

Bersambung...”sebab-sebab yang memancing amarah dan cara pengobatannya
Sumber : Minhajul Qashidin

Rabu, 18 November 2009

Do'a Keselamatan

اللـهم اجـعــل نـعـمـتـنا دائـمـة ودولـتـنا قائـمـة واولادنا عـلـمـاء ولاتـسلـط عـلـيـنا ظالـمـا اللـهم سـلـمـنا وسـلـم ديـنـنا ولاتـسـلب وقـت الـنـزع ايـمـنـنا ولا تـسـلـط عـلـيـنا من لايـخافـك ولايـرحـمـنا وارزقـنا خـيـرى الـدنـيا والاخـرة انـك على كـل شـيئ قـدير اللـهم ارحـم صاحـب هـذاالـطـعام والحـاضريـن واطـعـمـنا من طـعـام الجـنـة واسـقـنا من شـراب الكـوثـر وزوجـنا بحـور عـيـن واكـرمـنا بـرؤيـة جـمـالك يا إله الـعـلـميـن اللـهم نـظـم احـول وحـسـن افعال وخـلـصنا من الم الـفـقـر والذل والـوباء والـطاعـون ومن شـرور الاعـداء والـشـياطـين والامـرة بالـسـؤ اللـهم بـعـد نا وبـعـد اهـل صاحب الـبـيـت من الـشـروالـعـصيان اللـهم إنا نـعـوذ بك من جـهـد الـبـلأ ودرك الـسـقاء وسـؤ الـقـضـاء وسـمامـةالاعـداء يامحـول الاحـول حـول حالـنا الى احـسـان حال اللـهم ياكـثيرا الـنـوال وياخالـق جـامـع الافـعال وفـقـنا لـنـيـة الخـيـر فى جـمـيع الافـعال والاقـوال والاحـوال

Selasa, 17 November 2009

Sawah - Gambar Google

Sawah - Gambar Google

Senin, 16 November 2009

Do'a bagi Ibu yang sedang mengandung

ﺍﻠﻠــﻬﻢ احفظ مـافى بطــنى واشفــه انت الشافـى وعـافــه انت المعافـى وصوره صورة جـميـلة حسـنـة واجـعــله صحيـحـا كامـيــلا عـالمـا عـامـلا عـاقـلا حـاذقـا سـعـيـدا غـانـيـا سـخـيـا٬ موفـقـا للـخـيـرات وزاﺌـرا للـبـيـت الحـرام اللــهم اجـعـله ولـدا صـالحا يـدعـوا لوالـديـه اللــهم احـفظ مـافى بطـنـى واشفــه انت الشافـى وعـافــه انت المعافـى وصوره صورة جـميـلة حسـنـة واجـعــله صحيـحـا كامـلا عـالمـا عـامـلا عـاقـلا حـاذقـا وبـرا بهمـا ومطيـعـا لك ولرسـولك٬ اللــهم اطـل عـمـره فى الطاعـة وصـحح جـسـده وحـسـن خلـقـه وخلـقـه وافـصـح لـسانـه واحـسـن صـوته وغـناه لـقـرأة الـقـرآن والحـديـث وارزقـه الـعافـيـة فى الـدنيـا والآخـرة بـرحمـتـك ياارحـم الراحـمـيـن.

Artinya : Wahai Allah, jagalah apa yang terkandung di dalam perutku, sembuhkanlah ia karena Engkaulah Dzat Yang Maha Penyembuh, sejahterakanlah ia karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Mensejahterakan. Dan bentuklah ia dengan bentuk yang bagus dan baik, jadikanlah ia dalam keadaan yang sesehat-sehatnya, menjadi orang yang berilmu dan beramal, menjadi orang yang berakal dan cerdas, menjadi orang yang bahagia, kaya lagi dermawan, selalu menuruti semua kebaikan, dan bisa mengunjungi Tanah Haram (Mekkah). Wahai Allah, jadikanlah ia anak yang sholeh yang senantiasa mendo’akan ke dua orang tuanya, berbakti kepada ke duanya dan taat kepada Mu dan utusan Mu. Wahai Allah, panjangkanlah umurnya dalam menjalankan ketaatan, sehatkanlah tubuhnya, baguskanlah kejadiannya, fasihkanlah lisannya, merdukan suaranya dan iramanya untuk membaca Al-Qur’an dan Hadits, dan berilah ia rezki kesejahteraan di dunia dan akhirat, dengan rahmat Mu wahai Dzat Yang Paling Belas Kasih di antara semua yang belas kasih.

Minggu, 15 November 2009

Tangis Pilu Seorang Anak Yatim

Dikisahkan oleh Hasan Al-Basri, baru saja kami selesai menshalatkan jenazah seseorang dan hendak mengantarkannya kekuburan, tiba-tiba pandangan saya tertuju pada seorang anak perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu. Melihat keadaannya hatiku penasaran dan bertanya-tanya, mengapa anak kecil ini menangis?
Setelah selesai menshalatkan, kami pun bergegas mengantarkan jenazah ini ke kuburnya. Dalam iring-iringan jenazah mataku kembali tertuju pada anak kecil itu dan aku melihat sepanjang perjalanan ia terus menangis. Hatiku sebenarnya sedih, iba melihatnya. Ingin bertanya, tapi lidahku kelu tidak dapat mengungkapkan kata.
Tidak beberapa lama, jenazah pun sampai dikuburan. Dari jarak yang tidak terlalu jauh aku terus memperhatikannya sembari menunggu pemakaman selesai dilaksanakan. Gerak geriknya telah membuatku terharu, karena layaknya seorang dewasa, anak kecil itu dengan hidmat mengikuti seluruh prosesi penyelenggaraan jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan sampai prosesi pemakaman. Ketika do’a dibacakan, air matanya terus mengalir sembari mulutnya turut mengaminkan.
Prosesi pemakaman pun telah usai dilaksanakan, semua yang hadir dipemakaman satu persatu mulai beranjak pulang. Aku semakin penasaran, karena anak kecil itu tidak juga beranjak dari tempat duduknya dan malah semakin mendekat, tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Beberapa kata mulai keluar dari mulutnya, tapi aku tak tahu apa yang dia ucapkan. Lalu kuburan itu dipeluknya, dengan penuh kasih sayang tangannya mengusap pusara yang ada dalam dekapannya. Tidak terasa air mataku pun mengalir memperhatikan keadaannya.
Karena hari sudah beranjak malam, dengan derai air mata seolah pamitan, dari wajahnya terpancar rona kesedihan, anak itu pun beranjak pergi. Belum ada satu pun yang terduga dalam pikiranku siapa sebenarnya anak ini, apa sesungguhnya yang terjadi dengannya, dan mengapa ia sampai selarut itu dalam kesedihannya.
Keesokan harinya, sekira matahari naik sepenggalahan, aku kembali melihat anak itu dan membawa sesuatu. Pikiranku kembali tertuju kepadanya, lalu ku putuskan untuk mengikutinya. Ternyata anak itu kembali lagi ke kuburan itu dan melakukan seperti yang diperbuatnya pada hari pertama pemakaman. Setelah membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan memanjatkan do’a, dia pun kembali karena hari juga sudah semakin sore. Begitulah berlalu pada hari itu, anak itu masih saja dalam keadaan sedih yang berkepanjangan.
Sama seperti hari kemarin, anak kecil itu pergi lagi kekuburan itu melakukan seperti yang dilakukannya pada hari-hari kemarin. Gelagat anak itu telah membuatku semakin penasaran dan terharu, sehingga aku memutuskan untuk memperhatikannya dari jarak yang dekat. Dengan penuh penasaran aku pun terus mendekat, melihat, dan mendengarkan apa sebenarnya yang dia perbincangkan dikuburan itu.
Matanya terlihat sembab, karena banyak mengeluarkan air mata, rona wajahnya pun menunjukkan kesedihan yang dalam, kehilangan ternyata telah membuatnya larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Air mataku kembali mengalir, seraya mendengar pembicaraanya, aku baru sadar bahwa mayit yang ada dalam pelukannya itu adalah ayah kandungnya yang menghidupinya, merawatnya, dan membesarkannya setelah mereka ditinggal oleh ibunya karena sudah terlebih dahulu berpulang ke haribaan Allah SWT.
Katanya “ayah, selama ini kita hidup bersama, bercengkrama dalam suka maupun duka, susah senang kita jalani bersama, sekarang ini ayah bercengkrama, bersuka cita dengan siapa?, ayah, semasa dulu ayah selalu menumpahkan kasih sayang dan amarah kepadaku, tapi sekarang ini kepada siapa kasih sayang dan amarah itu ayah tumpahkan?, ayah, semasa hidup dulu ayah selalu berbuat baik pada semua orang, sekarang ini adakah yang berbuat baik untuk ayah?, ayah, ketika dulu kita masih bersama, aku selalu mengambilkan makanan dan kopi untukmu, sekarang ini siapakah yang membuatkan dan menghidangkan makanan dan kopi untuk ayah?, ayah, ketika ayah dulu capek, lelah sepulang bekerja, aku selalu memijat ayah, sekarang ini siapakah yang memijat ayah?, ayah, ketika dulu ayah tidur di malam hari, aku selalu menarikkan selimut untuk ayah, sekarang ini siapakah yang menarikkan selimut untuk ayah?, ayah, sekarang ini aku hidup dalam kesendirian, tidak ada tempat untuk mengadu, tidak ada tempat bermanja-manja, kasih sayang kini telah hilang, adakah ayah memperhatikanku? Bukankah dulu ayah berkata, kalau aku sudah dewasa nanti, ayah akan terus bersamaku mencukupi kebutuhanku, membesarkanku, dan mendidikku, tapi sekarang mengapa ayah pergi meninggalkanku?. Begitulah kesedihan dan tangisan itu terus, sampai-sampai aku tak sadar aku juga telah larut dalam kesedihannya”.
Karena tidak tahan mendengar tangisan dan keluhannya, dengan lembut ku raih pundaknya, kupeluk ia dengan erat, lalu ia pun terbangun dan menoleh kepadaku. Aku berkata “anakku, ucapanmu telah menggetarkan langit dan bumi, kesedihanmu telah membuat alam ini terluka, tangisanmu telah menggores duka bagi seluruh jagad alam raya, tapi wahai anakku sesungguhnya kepergian ayahmu, bukanlah kepergian yang sia-sia, dia pergi untuk menjumpai Allah SWT yang telah menciptakannya. Relakanlah kepergiannya, karena sesungguhnya hari ini dia sedang berbahagia melihatmu sebagai anak yang shaleh. Anakku, semua ucapanmu kepadanya telah pula membuatnya berduka lara, menangis, dan menjerit, tidak tahan melihat kesedihanmu, bukankah engkau telah membacakan ayat Al-Qur’an untuknya dan telah mendo’akannya. Wahai anakku jadikanlah bacaan Al-qur’anmu dan do’amu sebagai bekalnya, karena dia saat ini sedang ditanya tentang amal perbuatannya di atas dunia. Anakku, tidaklah baik bagi kita bersedih melebihi dari tiga hari karena itulah hari berkabung sebagaimana telah di sabdakan Nabi Muhammad SAW, tidakkah engkau tahu bahwa mengungkapkan kata seperti yang engkau ucapkan kepadanya adalah merupakan ratapan, yang akan menjadi beban dan siksa baginya. Anakku, bukankah engkau sangat menyayangi dan mencintainya?, sebagai wujud cinta dan kasih sayangmu kepadanya, katakanlah wahai ayah, saat ini ayah sendiri dalam alam peristirahatan menjelang hari akhir, semoga engkau dapat menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Ayah, semasa dulu ayah hidup, selalu berbuat baik pada semua orang, kasih sayangmu begitu tulus, didikanmu begitu baik, tutur katamu begitu halus, semoga Allah SWT. Membalaskan kebaikanmu menjadi kenikmatan, kelapangan, dan dijauhkan dari siksa. Wahai anakku, katakan kepada ayahmu, wahai ayah, sepeninggal ayah, tidak ada yang ayah sia-siakan dalam hidup ini termasuk diriku, karena ayah telah menanamkan benih kebaikan itu pada semua orang, kini aku telah mempunyai ayah lagi yang akan meneruskan semua pemberianmu kasih sayang, perhatian kepadaku. Tenangkanlah dirimu ayah, hadapkanlah wajahmu kepada Rabb Yang Maha Bijaksana, semoga ayah berbahagia, selamat fiddunya, selamat filkubur, dan selamat filakhirat, dan semoga kita akan dipertemukan Allah SWT. kembali fi jannatil firdaus.
Mendengar nasehatku, ternyata anak ini pun menerima dengan lapang dada, dan sejak itu dia tidak bersedih lagi.
Semoga kisah ini dapat menjadi i’tibar dan pembelajaran bagi setiap yang membacanya. Wallohu a’lam bisshowaf walallohi marji’u walma’af.